![]() |
Foto by: Wayanyasa |
Hari Suci Ulihan Jatuh pada Minggu Wage Wuku Kuningan dan pada Galungan kali ini jatuh pada Minggu,21 Desember 2014. Pada saat hari Ulihan Galungan umat sedharma kembali menghaturkan
sesajen kehadapan Bathara-Bathari dan Hyang Widhi guna memohon
waranugrahanya baik kepada umatnya maupun kelestarian alam semesta.
Pada Hari suci Ulihan Galungan kali ini, Luh Widya (Mama Nya Rasi) yang melaksanakan persembahyangan dan menghaturkan sesajen di setiap pelinggih yang ada di rumah. Untuk sesajen yang di haturkan ke pura dilakukan oleh dadongnya Luh Rasi. Luh Widya mempersembahkan sesajen di pagi harinya berbanding berbalik dengan dadong Rasi yang menghaturkan sesajenya pada sore harinya.
Ulihan (Bahasa Bali) berarti kembalikan, Ulihan Galungan secara harfiah diartikan kembalikan Galungan. Yang dimaksudkan adalah kembalilah kepada kondisi Galang/terang atau hening seperti saat Hari Kemenangan. Setelah mendapatkan berkah dari Guru Agung dan petunjuk Guru Sekale agar kembali kepada kondisi bathin saat Hari kemenangan dan diupayakan terus dipertahankan dengan mengarahkan pikiran selalu kepada hal-hal yang positif dan menerima apa adanya setiap kondisi yang menimpa kita.
Pada Hari suci Ulihan Galungan kali ini, Luh Widya (Mama Nya Rasi) yang melaksanakan persembahyangan dan menghaturkan sesajen di setiap pelinggih yang ada di rumah. Untuk sesajen yang di haturkan ke pura dilakukan oleh dadongnya Luh Rasi. Luh Widya mempersembahkan sesajen di pagi harinya berbanding berbalik dengan dadong Rasi yang menghaturkan sesajenya pada sore harinya.
Ulihan (Bahasa Bali) berarti kembalikan, Ulihan Galungan secara harfiah diartikan kembalikan Galungan. Yang dimaksudkan adalah kembalilah kepada kondisi Galang/terang atau hening seperti saat Hari Kemenangan. Setelah mendapatkan berkah dari Guru Agung dan petunjuk Guru Sekale agar kembali kepada kondisi bathin saat Hari kemenangan dan diupayakan terus dipertahankan dengan mengarahkan pikiran selalu kepada hal-hal yang positif dan menerima apa adanya setiap kondisi yang menimpa kita.
Menurut Keputusan
Seminar Kesatuan Tafsir terhadap Aspek-aspek Agama Hindu disebutkan
hari Ulihan sebagai hari memberikan oleh-oleh kepada Dewa Pitara pada saat
kembali ke kahyangan. Karenanya, pada hari Ulihan disuguhkan oleh-oleh berupa
rempah-rempah, urutan, beras dan sejenisnya. Pada saat hari Ulihan, umat Hindu
melaksanakan upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada semua bangunan
suci serta melangsungkan persembahyangan.
Sementara menurut Srikanden dalam
buku Galungan, hari Ulihan dimaknai sebagai saat untuk mengenang
jasa-jasa para leluhur yang telah
mendahului kita. Generasi saat ini tentu saja punya kewajiban untuk
melanjutkan
langkah-langkah perjuangan para leluhur itu, terutama perjuangan yang
baik. Pada saat yang sama juga merenungi segala kesalahan sehingga tidak
lagi diulangi oleh generasi kini.
Setelah hari raya Ulihan, dilanjutkan dengan hari suci Pemacekan Agung. Hari Pemacekan Agung jatuh pada Soma Kliwon Wuku Kuningan. Menurut Sudarsana, kata pemacekan berasal dari kata pacek yang dapat diberikan arti 'tapa', sedangkan kata agung berarti 'kuat' atau 'teguh'. Karenanya, makna Pemacekan Agung adalah penguatan tapa terhadap godaan dari Sang Kala Tiga sehingga Sang kala Tiga kembali ke sumber-Nya. Dalam pengertian yang lain, Pemacekan Agung sebagai momentum nyomya (pengembalian) kekuatan Sang Kala Tia ke sumbernya.
Pada hari ini dilaksanakan
upacara kecil berupa menghaturkan banten soda pada masing-masing pelinggih dan
melaksanakan persembahyangan. Setelah selesai matirtha, tirtha tersebut
kemudian dipercikkan ke seluruh pekarangan merajan atau rumah. Selanjutnya
dihaturkan segehan agung di lebuh disertai dengan api dakep dan tetabuhan arak
berem.
Pada Buda Paing Kuningan dilaksanakan piodalan Batara Wisnu. Pelaksanaan upacara dipusatkan
di paibon, dadia atau panti. Sarana upakara-nya berupa sirih yang dikapuri
putih, hijau, pinang 26 disertai tumpeng hitam serta reruntutannya, bunga-bunga
harum.
Kalau
lagi bahagia terimalah itu semata-mata karenaNya demikian sebaliknya tat
kala lagi sedih terima juga apa adanya karena semua itu semata-mata
sedang melaksanakan peran dari skenario agung dariNya. Kita harus
menyadari bahwa Umat PilihanNya adalah insan-insan yang tangguh dalam
menghadapi tantangan dan cobaan hidup. Tidak mudah menyerah maupun putus
asa, sabar dan tidak mengeluh.
Tidak mengeluh adalah tingkatan utama dalam pengendalian diri. Untuk mencapai tingkatan ini, kebanyakan ditempuh mulai dari puasa dengan tidak makan maupun minum, kemudian puasa pengendalian kemarahan maupun hawa nafsu. Tingkatan selanjutnya adalah tidak mudah untuk minta tolong maupun memohon termasuk memohon kepadaNya.
Kita mesti banyak memberi,
bukan meminta maupun menerima. Meminta maupun memohon berarti kita masih
kekurangan. Orang yang kekurangan atau selalu merasa kurang sebenarnya
orang miskin. Kalau termasuk orang miskin jangan harap dapat memberikan
bantuan. Kaya dan miskin disini berarti dalam pengertian luas bukan
hanya menyangkut material dunia. Mohon dapat dibedakan orang yang kaya
hati dengan miskin hati atau orang kaya kasih sayang dengan miskin kasih
sayang.