JUAL BELI PERALATAN PHOTOGRAPHY DI BALI

Hari Buda Kliwon Pahang/Buda Kliwon Pegat Uwakan

Pura Tirta Empul
Rangkaian Galungan dimulai dari tumpek wariga sampai Buda kliwon Pahang (Buda kliwon Pegat Uwakan) hari ini. Rabu,03 Oktober 2012 hari ini merupakan Buda Kliwon Uwakan, yang berasal dari kata pegat berarti putus dan uwakan (uwak) berarti kembali. Jadi Buda Kliwon Pegat Uwakan bisa diartikan pegat warah atau diam, tidak berbicara, dan pada hari ini merupakan hari berakhirnya rangkaian Hari Raya Galungan.

Pada hari yang suci ini para Sang Maha Muni, para pakar dan orang-orang budiman melakukan tapa diam (monabrata) atau brata dhyana, atau semadhi pralina. Tujuannya ialah menyatukan tenaga hidup (prana) di badan kita, yang menyebabkan segar bugar dan sehatnya jiwa raga. Di samping itu dihaturkan widhi-widhana, bebanten sarwa pawitra, canang wangi-wangi, sesayut dirgha yusa, panyeneng, tetebus, dihaturkan kehadapan Dewa Bhatara, terutama Sanghyang Widhi Wasa dengan perantaraan asap dupa harum serta dengan menyan astanggi.

Pengastawa dilaksanakan dengan pikiran dan budhi cita yang suci nirmala memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi dan para Dewa / Bhatara memberikan rakhmat kedirghayusaaning jagat raya dan memujikan atas welas asih serta kemurahan-Nya melimpahkan karunia di mayapada ini demi kesempurnaan dunia sampai dengan seluruh sarwa prani.


Selama rangkaian Galungan itu, di masyarakat dikenal ada istilah Uncal Balung. Selama Uncal Balung itu masyarakat umumnya pantang melakukan kegiatan Panca Yadnya. Kecuali, pujawali atau piodalan di pura ataupun di sanggah/merajan yang kebetulan saat itu jatuh tegak piodalan-nya. Tetapi, di beberapa daerah tertentu tidak dikenal istilah tersebut. Setelah Buda Kliwon Pegat Uwakan, umat umumnya kembali memilih dewasa ayu untuk melaksanakan upacara Panca Yadnya.

Penjor yang ditancabkan sebelum Hari Raya Galungan,pada hari Buda Uwakan ini semua penjor itu serempak dicabut dan diberi banten lengkap serta segehan. Atribut penjor seperti bakang-bakang, lamak, sampian dan sebagainya dibakar. Abunya dimasukkan ke dalam bungkak nyuh gading kemudian ditanam di belakang pelinggih Rong Telu. Maknanya, umat memohon kepada Ida Sang Hyang Widi agar diberkati kesuburan. Sebelum mencabut penjor, umat terlebih dahulu ngaturan banten atau canang di sanggah/merajan bahwa rangkaian rerahinan suci Galungan sudah selesai. Dilanjutkan kemudian prosesi masegeh, termasuk masegeh di lokasi penjor. Seusai masegeh, penjor Galungan pun dicabut.

Galungan berakhir pada Buda Kliwon Pahang atau dikenal dengan istilah Buda Kliwon Pegat Uwakan atau ada yang menyebut Buda Kliwon Pegat Warah. Buda Kliwon Pegat Warah merupakan hari berakhirnya Galungan yang dimulai dari Tumpek Wariga. Selama 42 hari berlangsung warah-warah pengetahuan tentang dharma. Selanjutnya, umat tinggal mengimplementasikan atau menerapkan nilai-nilai dharma itu dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan kedamaian dan ketenangan di dunia.


Selama rangkaian hari raya Galungan yang berlangsung satu bulan tujuh hari, umat diajarkan untuk mengendalikan diri agar bisa hidup bersama dan bisa melakukan pelayanan, pengabdian dan peningkatan kualitas SDM. Hidup berdampingan dengan sesama secara damai, saling membantu dan saling menghargai merupakan tujuan hidup yang ideal sesuai dengan ajaran agama.

Menumbuhkan kepekaan sosial atau rasa empati juga diamanatkan oleh ajaran agama. Dalam konteks berakhirnya rangkaian Galungan, umat diingatkan untuk selalu bisa menerapkan nilai-nilai dharma. Kemenangan melawan adharma itu mesti terus dapat dipertahankan. Dalam konteks kekinian, kemenangan yang dimaksud bisa berupa kemenangan dalam menghadapi persaingan global. Agar bisa tampil memenangkan persaingan, kualitas SDM Hindu perlu terus ditingkatkan. Dengan kualitas yang andal, diharapkan SDM kita mampu memenangkan persaingan yang demikian ketat di era kesejagatan ini.


Pada Buda Kliwon Uwakan kali ini saya masih di Jakarta untuk bekerja, namun Istri sudah melaksanakan semua kegiatan tersebut di Bali walau dalam keadaan mengandung semua itu dilaksanakan dengan kegembiraan dan ketulusan meyadnya. Ada yang spesial jika sudah mulai mencabut penjor di desa saya, yakni pertama ada odalan di Pura Natar Sari Apuan yang merupakan pura jagat yang tidak jauh dari dusun Cau. Kedua itu bertanda kalau rerainan di sanggah asal ibu Luh Widya (Dadong Yuni) akan ada rerainan besar (Odalan Gede).

Hal yang spesial jika sudah melakukan cabut penjor di hari buda kliwon uwakan ini biasanya yang ingin menikah akan sudah pasti mulai mencari dewasa untuk melangsungkan pernikahanya. Seperti halnya kakak sepupu saya yakni Kadek Mangku Bumi akan melangsungkan pernikahanya di bulan ini tepatnya tanggal, 06 Oktober 2012. Selamat yahh...

Semoga bisa bermanfaat untuk semua yang sempat singgah ke wayanyasadotcom, jika ada yang salah mohon dikoreksi dan diberi komentar di halaman komentar yang sudah saya selipkan dibawah entri ini. ohh yaa untuk data-data yang dimuat diatas saya ambil referensi dari Bali Post dan Babad Bali. RAHAYU!

Note: Semua foto diambil di Pura Tirta Empul pada 12 Juli 2011 abis Pernikahan untuk melakukan pelukatan bersama keluarga yakni: Bapak, Ibu, Istri, Ibu Gede, Mbok Luh Ni beserta anaknya yang kedua, dan Wayanyasa