Suasana sangat cerah bertabur sinar sang surya menjadikan keindahan tersendiri untuk hari tilem kali ini. Tilem atau bahasa indonesianya bulan mati selalu ditemui 15 hari setelah purnama atau bulan penuh.
Di Bali setiap bulan mati umat hindu selalu menghaturkan canang sari merake dan segehan di sor (bawah), canang untuk ke tuhan segehan untuk para bhuta kala agar terjadi ke seimbangan alam untuk menuai keharmonisan.
Tilem kali ini menjadi lebih spesial karena mama ija sedang mengandung anak pertamanya dan pertama kali pula melakukan persembahyangan tilem sasih katiga. Mengawali dengan menghaturkan sesajen di setiap pelinggih mama ija terlihat bahagia menjalankan persembahyangan ini.
Semua haturan sudah dipersembahkan selanjutnya mama ija melakukan panca sembah yang diawali dengan puja trisandya. Dengan ketulusan serta keheningan hati, pikiran dan nafas mama ija memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa serta betara betari yang berstana di merajan atas titipan beliau berupa janin yang sudah menyatu dengan raga mama ija.
Dengan iklas menerima apapun yang menjadi kehendak Tuhan mama ija berharap semoga anak yang dikandung pertama kalinya ini menjadi anak yang suputra dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Astungkara!
Powered by Telkomsel BlackBerry®
