JUAL BELI PERALATAN PHOTOGRAPHY DI BALI

Ngaben Massal di Griya Gede

all foto by: Wayan yasa
Ngaben adalah upacara pembakaran jenazah atau kremasi umat Hindu di Bali, Indonesia. Acara Ngaben merupakan suatu ritual yang dilaksanakan guna mengirim jenasah kepada kehidupan mendatang. Jenasah diletakkan selayaknya sedang tidur, dan keluarga yang ditinggalkan akan senantiasa beranggapan demikian (tertidur). Tidak ada airmata, karena jenasah secara sementara waktu tidak ada dan akan menjalani reinkarnasa atau menemukan pengistirahatan terakhir di Moksha (bebas dari roda kematian dan reinkarnasi).

Hari yang sesuai untuk acara ini selalu didiskusikan dengan orang yang paham. Pada hari ini, tubuh jenasah diletakkan di dalam peti-mati. Peti-mati ini diletakkan di dalam sarcophagus yang menyerupai Lembu atau dalam Wadah berbentuk vihara yang terbuat dari kayu dan kertas. Bentuk lembu atau vihara dibawa ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi ini tidak berjalan pada satu jalan lurus. Hal ini guna mengacaukan roh jahat dan menjauhkannya dari jenasah.


Puncak acara Ngaben adalah pembakaran keluruhan struktur (Lembu atau vihara yang terbuat dari kayu dan kertas), berserta dengan jenasah. Api dibutuhkan untuk membebaskan roh dari tubuh dan memudahkan reinkarnasi.

Ngaben tidak senantiasa dilakukan dengan segera. Untuk anggota kasta yang tinggi, sangatlah wajar untuk melakukan ritual ini dalam waktu 3 hari. Tetapi untuk anggota kasta yang rendah, jenasah terlebih dahulu dikuburkan dan kemudian, biasanya dalam acara kelompok untuk suatu kampung, dikremasikan.


Senin,30 Januari 2012 merupakan sebuah hari yang sangat begitu spesial di hati, di kenyataan dan di alam nirwana bagi saya dan masyarakat Cau Tua Marga. Karena Ida Peranda Istri Gria Gede yang ada di Desa Tua sudah menghembuskan nafas terakhir pada Tgl 15 Januari 2012 maka beliau akan di kremasi dengan adat Bali yaitu dengan Upacara NGABEN.

Sebuah Tradisi masih sangat kental begitu terasa sampai saat ini dengan adanya pengabenan massal (ngerit) yang masih berlaku. Adapun beberapa sawa yang ngiring 19 dari banjar Cau, 1 dari banjar Ole surya (brahmana), 2 dari Banjar Baru Gusti, 2 dari Gluntung dan 1 orang meninggal dari cau dadong krisna. Sehingga yang ikut ngiring Ida Peranda Istri Gria Gede ada 26 sawa dan 1 orang meninggal (dadong krisna).


Persiapan sudah dilakukan dari 18 hari sebelum hari Senin,30 Januari 2012 puncak acara. Namun saya sendiri mengikuti acara ini hanya di hari H mulai pukul 06 pagi ngaturayah. Dengan semangat serta rasa tanggung jawab terhadap sebuah awig-awig yang berlaku di banjar saya melawan beratnya rasa ngantuk yang begitu menyengat mata dikarenakan tidak dapat tidur datang dari Jakarta tidak menyurutkan niat untuk mengikuti upacara ini.

Sarapan pagi di pasar mengwi bersama ayahanda tercinta sambil beli rarapan buat banten di sanggah merupakan awal yang indah di hari pertama saya di Bali. Sampai di rumah sekitar jam 05:23 wita langsung mandi dan memakai pakaian adat madya untuk ngaturang rarapan, berlanjut ambil blakas langsung menuju tempat upacara ngaben.


Adapun ayahan yang dibebankan pada saya itu mengikat sanan bade (wadah) dan semua prasarana yang lain seperti, lembu, banten, dan trajang. Sekitar jam 12 siang lebih semua kegiatan ayahan itu selesai bersama-sama melakukan makan siang bersama di gria gede sambil absen kehadiran, tapi saya tidak mengikuti acara ini karena harus mendokumentasikan moment.

Setelah beberapa jam kemudian upacara puncak akan segera dilakukan dengan menaikan jenasah ke wadah merupakan acara awal untuk segera menuju pemakaman (setra). Sekitar jam 13:25 wita semua sarana dan prasarana yang berkaitan dengan ngaben di gotong dengan semangatnya. Dengan melakukan purwa daksina di perempatan bade (wadah) membuat suasana semakin mencekam menunjukan bahwa begitu kompaknya masyarakat penggotongan.


Menglingkari pemakaman (setra) 3 kali setiap bade begitu sangat seru dilihat karena hampir jatuhnya sebuah bade dari panjak cau. Penurunan jenasah dan memasukan ke lembu dan melakukan pemercikan tirta2 selanjutnya di bakar membuat pemakaman (setra) sudah bak kayak kebakaran. Setelah semua terbakar melakukan upacara penguyegan abu selanjutnya melakukan persembahyangan bersama seterusnya melakukan penganyutan di bendungan.

Penganyutan usai selanjutnya melakukan pengerorsan dan pecaruan di setiap depan pura agar bisa besoknya melakukan penampahan Galungan dan Galungan. Dengan melakukan pembersihan di tempat sawa dan kumpul bersama di gria gede merupakan finish upacara ini dan selanjutnya akan diadakan upacara meajar-ajar di satu bulan kedepan.

Semoga semua hidup berbahagia baik yang meninggal mendapat sisiNYA. dan keluarga ditinggalkan diberi ketabahan untuk mengiklaskan semua yang sudah terjadi agar semua menjadi seimbang. Semua orang akan meninggal hanya waktu yang akan menjawab. Terima kasih

Silahkan klik disini untuk melihat beberapa foto Upacara Ngaben. Semoga bermanfaat.