JUAL BELI PERALATAN PHOTOGRAPHY DI BALI

Hari Penampahan Galungan

foto by: Wayan yasa
Penampahan Galungan kali ini jatuh pada Selasa,31 Januari 2012 tepat di tgl terakhir bulan pertama tahun dua ribu dua belas. Pada hari penampahan galungan kali ini saya kebetulan berada di Bali tepatnya di Banjar Cau, Desa Tua, Kec.Marga, Kab.Tabanan - Bali, sehingga bisa menikmati beberapa olahan masakan B2 dari kedua orang tua yang begitu mempunyai cita rasa yang khas. Selama Hari Penampahan Galungan berlangsung cuaca hari itu sangat mendukung, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, Adem Ayem gitu..hee hee...

Bangun sekitar jam 07:12 Wita waktu Bali, sebelumnya tidak ada mepatung daging B2 tiada lain karena kebentur dengan acara Ngaben di Grya Gede kemarenya, Ibu tercinta membeli daging babi di pasar Marga di antar Ayahanda mendapat daging B2 seadanya, hanya dapat paha dan sedikit daging isi. Persiapan membuat base genep mulai dilakukan pagi itu juga yang semestinya sudah di persiapan di Hari Penyajan Galungan namun karena ada upacara ngaben semua itu dikerjakan pagi itu juga.

Merajan Wayan yasa
Melihat dari daging yang ada, keputusan ortu hanya akan membuat Lawar dan daging kuah hemm pas skale, karena saya sangat suka kedua olahan B2 tersebut. Olahan pun di mulai dengan mengiris-iris daging serta memisahkan antara daging isi, tulang,lemak dan kulitnya. Daging isi sedikit bercampur kulit di racik untuk menjadi Lawar Bali, tulang sedikit ada dagingnya di buat menjadi daging kuah (be kuah), trus lemaknya di goreng kering uhh begitu menggoda membuat air liur mau netes aja..hee hee

Menikmati Hari Penampahan Galungan bersama keluarga tentunya sangat terasa bahagia. Semua olahan masakan itu terasa sangat mudah dan cepat karena sudah saling bahu membahu antara saya, papah, en mamah bertiga saling ketawa-ketiwi sesembari belajar mebat. hemm begitu sangat terasa kekeluargaanya. Sekitar pukul 08:25 Wita waktu Bali semua menu yang dibuat sudah selesai di racik, seperti Lawar Bali, Be Kuah dan Lemak Goreng, nahh itu menandakan mulainya melakukan sarapan bersama di pagi penampahan Galungan indah itu. Diawali dengan mebanten nasi kepada leluhur kamipun bertiga saya, papah,mamah mulai menyantap menu yang tersedia, uhh uenaknya. Makasi ya maa..paa..hiii...

Makan bersama keluarga kecilku begitu sangat terasa nyaman, hanya kurang satu orang lagi, yaitu My Istri tercinta (Luh Widya) maaf ya penampahan galungan kali ini tidak bisa ajak makan enak..hee hee...Ditambah sedikit minuman bersoda dan beralkohol rendah, seperti BIR Bintang dan Sprite membuat mulut menjadi netral dan mengeluarkan sendawa yang panjang-panjang semua...uaakkk..uaakkk uaakkk...hee hee..makasi en rasa syukur terucap untuk mama,papah en Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas limpahanya sehingga menikmati hari penampahan galungan yang Indah ini.

Itu penampahan galunganKu, bagaimana penampahan galunganMU? hee hee..tidak semestinya sie pada penampahan galungan itu melakukan makan-makan daging babi karena kata Penampahan berasal dari kata tampah Bali yang berarti ‘(untuk) membunuh, pembantaian’. Pembunuhan hewan dalam hal ini adalah simbolik untuk membunuh ‘hewan dalam diri sendiri’ – kemenangan dari diri yang lebih tinggi atas ego dalam perjuangan mereka untuk mengontrol kekuatan batin individu; secara implisit hal ini melambangkan kemenangan dharma atas adharma.

pura desa cau
Makna penampahan galungan dalam agama hindhu di Bali yang mengandung filosopi yang termuat dalam tatwa jayakesunu tatwa dan lebur gangsa tatwa. Sehari sebelum hari raya galungan, umat Hindu di Bali umumnya menyiapkan perayaan galungan tersebut, dengan memotong hewan seperti ayam dan babi. Pengertian itu sesungguhnya suatu pemahaman yang telah mentradisi daripada arti sesungguhnya penampahan galungan tersebut.

Penampahan galungan yang terdapat dalam dua sumber tatwa, yakni jaya kesunu tatwa dan lebur ganggsa tatwa. Dalam lebur gangsa tatwa di sebutkan indra blaka, durga maya serta kala maya yang juga di sebut kala tiga ini, perlu di suguhkan labaan berupa sesajen nasi ongan be karangan dan sate babi. Masing masing kala tersebut menempati tempat masing masing seperti durga maya di tugu kala maya di batas desa, untuk itu, pada penampahan galungan tepat pada sandi kala, manusia juga perlu di suguhkan sesajen biakaon, agar sang kala tiga tidak merasuk kedalam angga sarira manusia.

Makna penampahan galunagn ini adalah untuk mengingatkan umat Hindu, agar membangun kekuatan diri untuk mampu membeda-bedakan mana yang benar dan mana yang salah. Mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang patut dan mana yang tidak patut. Pada dasarnya hari raya penampahan galungan merupakan serangkaian hari raya galungan, untuk memperingati kemenangan dharma melawan adharma. Di mana dharma yang di simbolkan dengan sanghyang ketu dan adarma yang di simbolkan dengan sangyang sanghyang kala tiga atau di sebut juga dengan buta kala dungulan.

Merajan Gede Kukub
Pada Penampahan Galungan itu Sang Kala Tiga dalam bentuk Sang Bhuta Amangkurat turun untuk ketiga kalinya dan terakhir ke bumi untuk menggoda umat manusia berbuat adharma. Pembersihan fisik dan spiritual dari Bhuana Alit dan Agung Bhuana dicapai dengan upacara Bhuta Yadnya khusus (Mabyakala) bagi anggota keluarga dan dengan menyajikan persembahan segehan berwarna untuk Sang Bhuta Galungan untuk melindungi bangunan, pekarangan, senjata, alat-alat kerja, serta anggota keluarga. Upacara Mabyakala harus dilakukan pada sore hari ketika matahari terbenam. Upacara ini, baik secara pribadi dilakukan di kuil keluarga kompleks rumah, atau bersama-sama dengan keluarga lain di Banjar Bale triwulan desa.

Setiap rumah tangga menyajikan persembahan kepada Sang Bhuta Galungan, sebelum kuil sanggah / pemerajan candi rumah, di rumah sendiri dan di ambang pintu gerbang pintu masuk halaman rumah. Penawaran ini terdiri dari tiga set, segehan berwarna (segehan berwarna Kepel), tetabuhan (tuak, arak, brem, air) dan setiap segehan berwarna berisi: 5 porsi nasi putih, ditambah dengan olahan, daging babi panggang, dan 5 genten canang, 9 porsi beras merah, dilengkapi dengan olahan, daging babi panggang, dan 5 genten canang, 4 porsi beras hitam, dilengkapi dengan olahan, daging babi panggang, dan 5 genten canang.

Merajan Gede di Kukub
Pada Banjar Bale setiap kuartal desa persembahan segehan berwarna serupa disajikan, dengan agung segehan berwarna tambahan atau penawaran caru (berisi ayam Brumbun panggang). Pada sore hari orang memasang Penjor Galungan di depan rumah mereka – tinggi, dihiasi tiang bambu yang melengkung di bagian atas. Penjor ini adalah jenis persembahan di mana orang mengungkapkan rasa terima kasih mereka kemakmuran bumi yang diberikan pada mereka.

Haluan Penjor mengarah ke Gunung Agung, dan dekorasi buah-buahan dan tanaman adalah simbol bagi tanaman yang dapat tumbuh di mana sungai (simbol untuk air) melewati tanah pertanian dalam perjalanannya ke laut. Penampahan Galungan terjadi sehari sebelum Hari Raya Galungan, pada Selasa minggu ke-11 dari kalender Pawukon Bali, Dungulan. Sumber, Selamat Merayakan Hari Galungan & Kuningan.