JUAL BELI PERALATAN PHOTOGRAPHY DI BALI

Hari Manis Kuningan

foto by Made Jelas  ][  Design of Wayan yasa
Sehari setelah Hari Raya Kuningan disebut Hari Manis Kuningan. Pada hari ini biasanya di Bali menyelenggarakan suatu tradisi malelawang (mala=letuh, lawang=pintu masuk pekarangan) dengan perwujudan barong bangkung yang di dominasi anak-anak atau pemuda-pemudi disamping untuk meramaikan suasana hari raya.

Nampak berbeda di tempat saya tinggal sekarang, yakni di Jakarta. Kegiatan hari manis Kuningan kali ini saya harus tetap bekerja ke kantor seperti biasa untuk melaksanakan kewajiban sebagai seorang kariawan swasta. Walau demikian rasa syukur selalu saya panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dengan melaksanakan persembahyangan pada pagi hari sebelum saya memulai aktivitas di Hari Manis Kuningan kali ini (Minggu,12 Februari 2012).

Berkesenian di Bali sudah dilakukan sejak jaman dahulu, seperti setiap Manis Kuningan adanya pementasan Barong Bangkung selain mempunyai makna spiritual pementasan kesenian ini juga untuk meramaikan/memeriahkan Hari Manis Kuningan yang identik dengan rangkaian Hari Raya Galungan.

Barong Bangkung itu bisa disebut bangkal artinya babi besar yang berumur tua, oleh sebab itu Barong ini menyerupai seekor bangkal atau bangkung, Barong ini biasa juga disebut Barong Celeng atau Barong Bangkung. Umumnya dipentaskan dengan berkeliling desa (ngelawang) oleh dua orang penari pada hari-hari tertentu yang dianggap keramat atau saat terjadinya wabah penyakit menyerang desa tanpa membawakan sebuah lakon dan diiringi dengan gamelan batel/tetabuhan.

Hal itu sudah sangat minim dijumpai di Bali pada saat ini, tiada lain karena pemuda-pemudi lebih suka mengunjungi tempat-tempat wisata dan berkonvoi dijalan menaiki sepeda motor diiringi suara-suara motor yang knalpotnya diborong sehingga menimbulkan suara bising serta mengganggu ketenangan masyarakat. Tiada banyak sisi positif dari kegiatan ini malah banyak negatif yang ditimbulkan seperti bentrok antar pemuda, kerusuhan, kecelakaan berlalu lintas, kemacetan serta banyak hal negatif lainya.

Jika berkesenian ngelawang itu tidak dilanjutkan oleh tunas-tunas muda sekarang siapa lagi. Manis Kuningan sekarang sudah beralih ke kegiatan yang tidak berkesenian, lebih suka serta condong ke kegiatan hura-hura dan negatif. Kalau sekarang melestarikan kebudayaan dan kesenian sudah semakin menghilang, bagaimana dengan lima tahun kedepan...

Harapan kedepan semoga pemuda semakin sadar akan melestarikan kebudayaan dan kesenian Bali. Selamat Hari Manis Kuningan bagi umat yang merayakan, damai di hati, damai di alam, damai nusantaraku. Thnk!